Makan Bergizi Gratis (MBG), How About You?
Opini Oleh: Yuni Fitria, S.Pd
Mahasiswa Magister Komunikasi STIKOM Interstudi
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah realisasi dari ide yang dirancang oleh pasangan presiden Prabowo Subianto dan wakil presiden Gibran Rakabuming Raka dalam kampanye pemilihan calon presiden dan wakil presiden.
Dilihat dari perspektif kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial, program tersebut merupakan inisiatif yang positif, akan tetapi akan ada tantangan dan potensi masalah yang timbul dengan adanya Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tersebut.
Apa saja keuntungan program Makan Bergizi Gratis (MBG)?
Beberapa keuntungan dari program Makan Bergizi Gratis yaitu, dapat meningkatkan gizi anak dan remaja, meningkatkan konsentrasi dan prestasi belajar, mengurangi beban ekonomi keluarga miskin, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, dan menumbuhkan kebiasaan pola makan sehat.
Seperti yang kita ketahui bahwa, masih banyak warga Negara Indonesia yang masih kurang mampu secara ekonomi, hal tersebut akan menjadi kendala bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan gizi anak-anaknya.
Oleh karena itu masih banyak anak-anak di Indonesia yang mengalami kekurangan gizi atau anemia, terutama di daerah-daerah yang rawan pangan, maka program Makan Bergizi Gratis (MBG) dapat membantu memperbaiki kondisi tersebut.
Dengan terpenuhinya gizi anak Indonesia, diharapkan tidak ada lagi anak Indonesia yang merasakan kelaparan yang dapat mempengaruhi fokus dalam belajarnya. Hal lain yang menjadi keuntungan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) yaitu, bila bahan-bahan pokok disuplai dari petani dan UMKM lokal, maka program tersebut dapat mendorong perputaran ekonomi di tingkat desa atau daerah. Begitu pula dengan masyarakat para pencari kerja, program Makan Bergizi Gratis (MBG) ini sangat membantu dalam mendapatkan pekerjaan.
Tantangan dan potensi masalah dari adanya program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Dibalik banyaknya keuntungan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG), terdapat pula tantangan dan potensi masalah yang kemungkinan dapat terjadi.
Diantaranya yaitu, dalam hal pembiayaan dan keberlanjutan, program Makan Bergizi Gratis (MBG) ini membutuhkan dana yang tidak sedikit, maka pemerintah perlu memperhatikan keberlanjutan dari program tersebut agar tidak ada program lainnya yang dikorbankan, juga tidak membuat masyarakat merasa bergantung pada program tersebut, oleh karenanya dibutuhkan pendekatan yang mendorong kemandirian dan edukasi gizi.
Hal lain yaitu, tantangan dalam bidang logistik dan pendistribusian, karena untuk menyediakan makanan yang bergizi ke seluruh Indonesia adalah bukan hal yang mudah, terutama di daerah terpencil, oleh karenanya dibutuhkan sistem logistik yang efisien dan aman.
Tantangan menuju ke arah korupsi dan salah kelola juga kemungkinan besar dapat terjadi jika tidak diawasi dengan ketat, maka dana dari program Makan Bergizi Gratis (MBK) bisa saja digunakan diluar ketentuan yang telah ditetapkan, sehingga mempengaruhi standar kualitas dari makanan yang akan diberikan.
Tantangan terakhir menurut penulis yaitu, dalam hal standarisasi gizi dan menu butuh keahlian khusus untuk memastikan bahwa semua makanan yang diberikan telah memenuhi standar gizi yang dibutuhkan oleh anak-anak sesuai usia.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) masih menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat, hal ini sangat dibutuhkan sosialisasi secara berkala melalui media. Jika media Nasional dan Lokal sering membahas pentingnya gizi anak dan peran program Makan Bergizi Gratis (MBG), masyarakat akan lebih memperhatikan isu tersebut.
Pemerintah dapat menggunakan media untuk membentuk opini publik yang positif tentang program tersebut. Relevansi dalam teori komunikasi yaitu masuk pada teori Agenda Setting oleh McCombs & Shaw. Selain teori tersebut, masih ada beberapa teori komunikasi yang relevan dengan program tersebut, diantaranya teori Difusi Inovasi yang menjelaskan bagaimana program disosialisasikan dan diadopsi, teori Komunikasi Pembangunan bahwa komunikasi sebagai alat perubahan sosial, teori Komunikasi Partisipatif menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat, dan teori Framing menjelaskan pengaruh cara penyampaian informasi terhadap opini masyarakat.
Secara prinsip program makan bergizi gratis sangat baik dan layak didukung. Namun, efektivitasnya sangat tergantung pada perencanaan yang matang, pengawasan yang ketat, keterlibatan masyarakat lokal, dan kesinambungan pendanaan.
Jika dijalankan dengan serius dan transparan, program ini bisa membawa perubahan besar bagi masa depan generasi Indonesia.