Saman dan Kurikulum Zaman: Perjuangan Guru Senior Menyulap Kelas Jadi Ruang Inovasi
ZTV.JAKARTA SELATAN - Di tengah gelombang transformasi pendidikan nasional yang semakin cepat, satu hal tetap menjadi penopang utama: semangat para guru.
Salah satunya adalah Saman, guru sekolah dasar berusia 59 tahun yang telah mengabdikan diri di SDN Ciganjur 04 Pagi, Jakarta Selatan.
Berbekal pengalaman puluhan tahun dan dedikasi tinggi, Saman membuktikan bahwa inovasi tidak mengenal usia.
Ia aktif mengambil bagian dalam penyesuaian kurikulum dan pengembangan metode pembelajaran yang lebih kontekstual serta responsif terhadap zaman.
Pendidikan abad ke-21 menuntut siswa memiliki keterampilan berpikir kritis, kreatif,
kolaboratif, dan komunikatif. Hal ini mendorong dunia pendidikan untuk melakukan adaptasi
kurikulum secara terus-menerus.
Tidak hanya isi pelajaran, tetapi juga cara guru menyampaikan materi kepada siswa. Saman menyadari bahwa perubahan ini tidak bisa dihindari, dan para pendidik perlu terlibat aktif agar prosesnya berjalan optimal.
Sumber gambar : Dokumentasi Pribadi Penulis
Menyesuaikan Kurikulum dengan Kebutuhan Zaman Menurut Saman, alasan utama dilakukannya penyesuaian kurikulum di sekolahnya adalah karena perubahan zaman yang menuntut pembelajaran lebih adaptif.
"Materi pelajaran harus terus relevan dengan dunia nyata. Kalau tidak, siswa akan kehilangan makna dari apa yang
mereka pelajari," tuturnya.
Ia juga menambahkan bahwa siswa saat ini menghadapi tantangan
yang jauh lebih kompleks dibanding generasi sebelumnya, termasuk pesatnya perkembangan
teknologi.
Proses penyesuaian kurikulum dilakukan melalui serangkaian diskusi antar guru, evaluasi
silabus, serta pemetaan kebutuhan belajar siswa. Selain itu, pihak sekolah juga mengadakan pelatihan dan workshop untuk meningkatkan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran yang lebih inovatif. Namun, tantangan tetap ada, seperti keterbatasan waktu, kesiapan tenaga pendidik, dan belum meratanya fasilitas pendukung di sekolah.
Sumber gambar : Dokumentasi Pribadi Penulis
Merancang Metode Pembelajaran yang Efektif Saman percaya bahwa metode pembelajaran yang efektif bukan hanya soal teknik mengajar, tetapi bagaimana siswa dilibatkan secara aktif dalam proses belajar.
Ia mengaku lebih sering menggunakan pendekatan tematik dan berbasis proyek. Dalam model ini, siswa diajak menyelesaikan tugas nyata, seperti membuat laporan, presentasi, atau bahkan menciptakan produk sederhana.
Tujuannya adalah agar siswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
"Ketika siswa membuat proyek kelompok, mereka belajar bekerja sama, menyelesaikan
masalah, dan berpikir kreatif. Itu jauh lebih membekas daripada sekadar hafalan," ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran, seperti menggunakan video edukatif, platform kuis digital, dan aplikasi pendukung lainnya.
Sumber gambar : Dokumentasi Pribadi Penulis
Menghadapi Kendala dengan Kreativitas
Meski semangat tinggi, Saman mengakui bahwa berbagai kendala kerap muncul, terutama soal
fasilitas.
Tidak semua siswa memiliki gawai pribadi, dan jaringan internet pun belum merata.
Namun, ia mencoba mencari solusi, seperti menggunakan alat peraga sederhana,
memanfaatkan waktu tatap muka seefektif mungkin, dan melibatkan orang tua dalam proses belajar di rumah.
Selain itu, tantangan lainnya adalah memastikan semua guru berada dalam frekuensi yang sama
dalam menerapkan kurikulum baru.
Untuk itu, Saman mengusulkan adanya forum rutin antar guru di tingkat sekolah dasar untuk berbagi pengalaman, praktik baik, dan solusi inovatif yang bisa diadopsi secara kolektif.
Sumber gambar : Dokumentasi Pribadi Penulis Evaluasi dan Harapan untuk Pendidikan Indonesia
Saman menilai keberhasilan kurikulum baru bukan hanya dari nilai akademik, tetapi juga dari peningkatan keterlibatan siswa, kemauan belajar yang lebih tinggi, serta kemampuan berpikir kritis. Ia juga berharap ke depan pemerintah lebih memperhatikan peningkatan kapasitas guru secara merata, terutama bagi mereka yang berada di wilayah pinggiran.
"Guru adalah kunci utama perubahan pendidikan. Kalau kita diberikan pelatihan yang tepat dan fasilitas yang memadai, saya yakin mutu pendidikan di Indonesia akan meningkat pesat," katanya optimis.
Sosok Saman menjadi bukti nyata bahwa guru bukan sekadar pengajar, melainkan agen perubahan. Di tengah keterbatasan usia dan fasilitas, ia tetap konsisten belajar, berinovasi, dan mendorong siswa untuk berkembang sesuai zaman.
Pendidikan yang relevan dan berkualitas
bisa terwujud, asalkan ada kemauan dan kolaborasi dari semua pihak. Dan perubahan itu,
dimulai dari kelas-kelas kecil seperti yang Saman kelola dengan sepenuh hati.
Sumber gambar : Dokumentasi Pribadi Penulis
Kontributor : Fitri Setianingsih, Mahasiswa Prodi PJJ Komunikasi Universitas Siber Asia