Dari Fobia ke 15 Ekor Kucing: Kisah Transformasi Seorang Catlovers Banjarmasin
ZTV.BANJARMASIN – Bayangan ketakutan masa kecilnya pada kucing seolah tak pernah lekang. Putri Agustina (30 tahun), seorang asisten dokter umum di sebuah klinik praktik di Banjarmasin sekaligus ibu rumah tangga, mengaku sejak Sekolah Dasar trauma. "Pernah dicakar kucing, dan selalu geli kalau bersentuhan dengan bulunya. Sampai lulus kuliah pun, mendekat saja tidak berani," akunya saat berbincang di sela-sela aktivitasnya. Namun, siapa sangka, perempuan yang dulu begitu fobia itu kini menjadi ibu bagi belasan kucing, merawat mereka dengan penuh dedikasi.
Perubahan drastis itu berawal di pertengahan tahun 2021, tak lama setelah pernikahannya. Suatu hari, seekor kucing liar jalanan yang kelaparan terlihat masuk ke halaman rumah mereka di Banjarmasin. "Suami saya yang pertama kali memberinya makan," cerita Putri. Keesokan harinya, kucing itu datang lagi. Dan lagi. Kehadirannya yang hampir setiap hari perlahan membangkitkan rasa iba di hati Putri. Awalnya hanya melihat sang suami yang memberi makan. Lambat laun, rasa penasaran dan keinginan untuk membantu mengalahkan rasa geli.
"Suatu saat, saya memberanikan diri untuk mengambil alih menyiapkan makanannya," ujar Putri, mengenang momen kecil yang menjadi titik balik.
Saat itulah, secara perlahan, ia mulai mencoba menyentuh si kucing liar yang kini sering mampir itu. Sentuhan pertama yang dulu mustahil, kini membuka pintu rasa sayang yang tak terduga. Melihat kegembiraan istrinya, sang suami pada awal tahun 2022 pun memberikan kejutan: seekor kucing putih lucu yang dinamai Moly. "Moly adalah kucing pertama yang benar-benar saya miliki. Rasanya istimewa," kenangnya dengan senyum.
Sumber gambar: Dokumen Pribadi Penulis
Kegembiraan merawat Moly berkembang menjadi kepedulian yang lebih luas. Putri mulai rutin memberi makan kucing-kucing jalanan yang ditemuinya. Setiap bulan, ia juga menyisihkan sebagian rezekinya untuk disumbangkan ke beberapa akun street feeding di Instagram yang beroperasi di sekitar Banjarmasin. "Saya fokus pada lingkungan sekitar dulu," jelasnya tentang motivasi menyumbang.
Seiring waktu, bukan hanya kucing jalanan yang diberi makan, beberapa di antaranya menemukan jalan pulang ke rumah Putri. Ada anak kucing pincang tertabrak, ada yang terlantar karena saudaranya tewas, ada yang induknya menghilang, bahkan ada yang tiba-tiba "nongkrong" di rumah dan tak mau pergi. Ditambah beberapa kucing peliharaannya yang beranak pinak, kini koloni kucing di rumahnya mencapai sekitar 15 ekor dan tentunya sekarang semua kucing yang ada sudah divaksin dan di steeril. Agar tak mengganggu aktivitas keluarga, Putri membangun "Cassano Fam’s", ruang khusus kucing terpisah dari rumah tinggal. "Semua sudah divaksin dan disteril. Mereka punya dunia sendiri," ujarnya.
Setiap hari, jadwalnya padat namun teratur. Pagi hari dimulai dengan membersihkan rumah dan Cat Room, mengisi dan membersihkan litterbox, dan serta menyiapkan makan pagi untuk 15 kucing peliharaannya. Usai pulang kerja di sore hari, sebelum tiba di rumah, ia menyisir beberapa titik di Banjarmasin untuk memberi makan kucing-kucing jalanan yang sudah dikenalnya. Sesampainya di rumah, tangannya tak langsung beristirahat; Putri segera membersihkan litterbox di Cassano Fam's dan menyajikan makan malam untuk kucing-kucing kesayangannya. 'Alhamdulillah, ritme ini bisa selaras dengan tanggung jawab di klinik dan keluarga,' ujarnya sambil tersenyum, aroma kucing-kucing yang menyambutnya pulang seolah menjadi penghilang lelah.
Meski penuh kebahagiaan, tantangan terbesar tetaplah biaya. "Perawatan, pengobatan, dan makanan untuk belasan kucing bukan jumlah kecil," akunya. Namun, Putri dan suami memilih untuk mandiri. "Sampai saat ini kami masih berkecukupan berkat penghasilan suami dan pengelolaan yang baik. Kami tidak pernah meminta donasi," tekannya.
Sumber gambar: Dokumen Pribadi Penulis
Kebahagiaan terbesarnya sederhana: melihat perubahan pada kucing-kucing yang ditolongnya. "Melihat kucing yang pincang perlahan pulih dan bisa berjalan normal lagi, atau kucing jalanan yang kurus kering kini gemuk dan sehat di rumah, itu luar biasa. Memberi ketenangan hati," ungkapnya penuh rasa syukur.
Ke depan, Putri berharap kesadaran masyarakat terhadap kucing jalanan meningkat. "Bagi yang tidak suka, cukup abaikan. Jangan disakiti. Bagi yang mampu dan menyukai kucing, bisa berbagi makanan atau membantu mencari adopter lewat akun Open Adopsi," pesannya. Ia juga berharap pemerintah daerah bisa membentuk divisi khusus untuk menampung hewan jalanan terlantar, sebagai bentuk tanggung jawab bersama.
Bagi Putri Agustina, perjalanan dari fobia menjadi seorang catlovers yang merawat belasan nyawa adalah bukti bahwa hati yang tersentuh oleh belas kasih bisa mengubah segalanya, satu ekor kucing kelaparan pada suatu sore di Banjarmasin pun bisa menjadi awal sebuah transformasi penuh makna.
Jurnalis Kontributor : Adi Pranata, 230501010128, Mahasiswa Prodi PJJ Komunikasi UNSIA