BREAKING NEWS

Mengajar dengan Hati: Perjalanan Seorang Guru TK dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini

Sumber  ilustrasi : Di ambil dari Google (Pinterest) untuk keperluan visualisasi


 
ZTV - Di balik tawa ceria dan tangan-tangan mungil yang sibuk bermain plastisin( mainan lilin warna-warni yang bisa di bentuk) berdirilah seorang sosok yang tak banyak dikenal publik, namun perannya begitu besar dalam membentuk generasi masa depan. 

Namanya Rukmini Sulistiyowati 58 tahun, seorang guru Taman Kanak-Kanak yang telah mengabdikan dirinya selama lebih dari dua dekade di dunia pendidikan anak usia dini.  

Bagi Bu Wati– begitu ia akrab disapa– menjadi guru TK bukan sekadar profesi, melainkan sebuah panggilan hati. “Setiap anak itu unik, mereka punya karakter yang berbeda-beda. Justru di situlah saya tertarik. Saya ingin anak-anak saling memahami satu sama lain,” tuturnya dengan mata yang berbinar. 

Ketertarikannya pada dunia anak-anak sudah tumbuh sejak lama. Ia mengaku sangat menikmati kebersamaannya dengan anak-anak, menyukai dunia mereka yang polos, jujur, dan penuh semangat.  


Selama perjalanan kariernya, keluarga menjadi pendukung utama. Suami dan kerabat selalu ada memberi semangat di kala lelah datang menyapa.  

Sudah lebih dari 20 tahun saya mengajar, Di PAUD ini saja sudah sepuluh tahun lebih, 
katanya sambil tersenyum mengenang perjalanan panjangnya.  

Meski kenangan awal mengajar mulai memudar, Bu Wati masih ingat betapa cerianya anakanak saat itu. “Mereka tidak takut menyampaikan keinginannya, semuanya begitu jujur dan spontan,” ujarnya. 

Namun, tidak semua hari berjalan mulus. Ada masa-masa sulit yang membekas, seperti ketika ia mendampingi seorang anak yang tertutup dan kesulitan bergaul. 

“Saya merasa sedih waktu itu, tapi saya terus berusaha mendekatinya secara perlahan dan 
ketika ia akhirnya mulai membuka diri, rasanya luar biasa,” kenangnya haru.

 
Kelas Bu Wati bukan tempat yang kaku, ia merancang kegiatan belajar dengan penuh 
kreativitas. Storytelling dan bermain menggunakan media seperti playdoh menjadi andalan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. 

Saat anak-anak kesulitan fokus atau tantrum, ia akan berbicara lembut, menatap mata mereka dan memberi pengertian. “Anak anak itu bisa mengerti jika kita mau sabar dan dekat dengan mereka,” ujarnya. 

Tak hanya bersama anak-anak, Bu Wati juga menjalin komunikasi dengan orang tua murid. Ia menyadari bahwa peran orang tua sangat penting dalam mendukung proses belajar anak.
 
Meski kadang komunikasi itu menantang, ia tetap menyikapinya dengan tenang dan tidak 
emosional. “Saya usahakan tetap santai, lugas, tapi juga menghargai mereka.” Nilai-nilai seperti empati, tanggung jawab, dan kemandirian adalah hal-hal yang ingin 
ditanamkannya sejak dini. 

Ia percaya, pendidikan karakter harus dimulai sejak kecil. Dan meski terkadang perannya tidak disorot media, ia tidak mempermasalahkannya. “Yang penting bagi saya, anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang bahagia dan penuh kasih.”  

Melihat perkembangan pendidikan anak usia dini di Indonesia yang semakin positif, Bu Wati merasa optimis. Akses pendidikan semakin terbuka, dan kesadaran masyarakat juga meningkat. 

Kepada anak-anak yang pernah ia ajar, Bu Wati punya satu harapan sederhana namun mendalam “Semoga mereka tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, bahagia, dan 
selalu merasa bahwa sekolah adalah tempat yang aman untuk menjadi diri sendiri.” 



Catatan : Semua gambar ilustrasi di ambil dari Google ( pinterest) untuk keperluan visualisasi




Kontributor : Latifah - NIM 230501010124 , 
Mahasiswa Universitas Siber Asia
Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar